Daftar Blog Saya

Jumat, 26 November 2010

Kisah Naruto Dan Hinata (Chapter. 7)



"Bagaimana caranya?" tanya Neji sambil meminum kopi nya. Sasuke hanya diam, Ino menggigit jari tanda ia sedang berpikir, Sakura hanya diam sambil berpikir, Sai terus melahap kue kering, Tenten belum kembali.
"Aha!" tiba-tiba Ino berteriak.
Semua tampak antusias, "Apa? Kau sudah dapat ide?" tanya Sakura.
Ino membusungkan dadanya bangga. "Tentu saja! Begini.. Aku dan Sai memanggil Naruto dan Hinata ke sebuah gudang yang kubilang ada Sasuke dan Sakura yang terkunci didalamnya, ketika mereka masuk.. Aku dan Sai mengunci pintu gudangnya dan pergi!" jelasnya panjang.
Semua tampak menimang ide Ino yang tadi, "Boleh juga.. Kapan kita laksanakan?" ujar Sasuke. Semua tampak berpikir lagi.
"Besok!! Ayo kita laksanakan! Osh!" teriak Ino dan Sakura riang, ketiga lelaki itu hanya tersenyum kecil.
Sedangkan itu, Tenten yang agak berdiri dari kejauhan cuma bisa memandang hampa. Dan tersenyum kecil.
oOo
"Baiklah, kita mulai hari ini, ya? Kebetulan sekarang hari Minggu. Jadi, kita bisa mengajak Naruto dan Hinata kemana saja," ujar Sakura. "Lalu, di gudang mana?"
"Hm.. Gudang belakang gedung sekolah kita yang dulu saja?" usul Sai.
"Jangan, tempat itu terlalu seram," jawab Sasuke.
"Lalu dimana?"
"Di… Gudang kantor kita saja! Bagaimana?" usul Sasuke.
"Iya! Disitu saja!"
-
"He? Sasuke dan Sakura terkunci dimana?" tanya Naruto heran.
"Disini.. Di gudang kantormu.. Coba buka! Aku tidak kuat untuk mendobraknya.." ujar Sai sambil menunjuk sebuah pintu yang sudah karatan.
"Uhh.. Baiklah, kau sendiri saja disini?" tanya Naruto sebelumnya, kini ia mengambil ancang-ancang untuk mendobrak pintu itu.
"Nanti Ino datang, nah! Itu dia!" ujarnya seraya menunjuk Ino yang tengah berlari dan membawa seorang wanita. Wanita itu sangat familiar bagi Naruto.
'Hinata..'
"Bagaimana? Apakah Sakura-chan sudah keluar dari dalam sana?" ujar Hinata cemas.
Sai menggelengan kepala, "Naruto akan mendobrak pintu ini.." jawabnya.
"Baiklha, semua menyingkir. Heaaah!!"
Brak!
Pintu karatan itu terbuka, dan didalam gudang usang penuh debu itu tak ada Sasuke dan Sakura sama sekali.
"Hei, mana.. Ah!"
Naruto didorong paksa oleh Sai untuk masuk kedalam gudang itu, tak lama kemudian, Ino mendorong Hinata hingga menimpa Naruto. Mereka menutup pintu itu dan menguncinya.
"Sai!! Ino!! Hey!! Buka pintunya!!" Naruto terus menggedor-gedor pintu itu.
"Brengsek!!" makinya.
Diliriknya Hinata yang duduk dengan memeluk kedua lututnya. Kepalanya ia benamkan diantara kedua lututnya itu. Naruto menghampirinya.
"Kamu tidak apa-apa, Hinata?"
Hinata menengadah, "A–aku tidak apa-apa.." jawabnya singkat.
"Brengsek kedua anak itu! Usil sekali!" bentaknya sembari memukul tembok. "Auw! Sakit!"
"Lalu, bagaimana kita keluar, Naruto-kun?" tanya Hinata pelan, terdengar sedikit getaran ketakutan yang terdapat pada suara Hinata yang lirih itu.
"Hum, ini lantai paling atas.. Nggak mungkin kita keluar dari jendela dan melompat.. Satu-satunya cara hanya, menunggu sampai pagi, sampai Kotetsu dan Izumo-san kemari.. Hufft.." ujarnya, mata biru langitnya menerawang keseluruh penjuru ruangan.
"Um, Naruto-kun.. Aku mau bicara.." kata Hinata.
"Are? Apa itu?"
"S–sebenarnya aku sangat menyesal atas perbuatanku padamu waktu dulu.. Aku mau minta maaf.." Hinata kini duduk dihadapan Naruto dengan kepala tertunduk.
Naruto hanya tersenyum, "Tidak apa.. Aku tahu.. Tenang saja, aku tidak akan membencimu.." ujar Naruto. Pandangan matanya menyapu sekeliling.
"Cih, tidak ada jalan keluar.."
"Be–benarkah? Terima kasih, Naruto-kun.." kata Hinata malu-malu, wajahnya sudah semerah buah apel. "Emm, maaf, sekarang jam berapa?"
"Jam empat sore, masih lama.." jawab Naruto sambil melihat jam tangannya.
"Ino.. Sai.. Lihat nanti!" geram Naruto.
oOo
"Inooo!! Saiii!! Bagaimana? Apa mereka sudah terkurung?" tanya Sakura dengan nada setengah berteriak ketika melihat Sai dan Ino sedang berlari.
"Hhh.. Hhh, sudah.. Dan aku yakin, Naruto besok akan marah.. Gawat.." ujar Sai.
"Kalian sendiri yang punya ide gila seperti ini. Kalau Naruto marah, kalian harus pertanggungjawabkan.." sosor Tenten jutek.
"Kau benar-benar tidak mendukung, ya.." gumam Sasuke. Tenten menoleh dan memberikan pandangan ketus. "Diam kau, ayam!"
oOo
"Ahh, sudah jam sembilan.. Biasanya aku sedang nonton bola sama Ayah.." desah Naruto. Diliriknya kearah sebelahnya.
"Sudah tidur.. Tidurlah dengan nyenyak.." Naruto membetulkan posisi jaket hitamnya yang ia jadikan sebagai selimut untuk menyelimuti tubuh mungil Hinata.
"Na.. Naruto-kun.."
"Hum?" Naruto menoleh dan melihat Hinata, mata lavendernya masih terpejam.
"Aishiteru…"
Naruto agak tersentak juga mendengarnya. "Aishiteru too, Hinata.. Oyasuminasai.."
Dan mereka pun tertidur, Hinata tertidur dipangkuan Naruto. Naruto tertidur dengan posisi duduk dan kaki direntangkan.
-pagi harinya-
"Hhh… Sudah pagi.." gumam Naruto. "Ukh, silau.." mata birunya masih berusaha untuk beradaptasi dengan cahaya matahari yang menembus jendela sedikit demi sedikit.
Diliriknya kesebelah. Hinata masih tertidur dipangkuannya. "Manis sekali.."
Tap.. tap.. tap…
Wajah Naruto kini tampak serius. Ia mendengarkan langkah kaki itu.
"Hoi, Kotetsu.. Apa kau tidak menyuruh OB lain untuk membersihkan lorong dekat gudang ini? Kotor sekali.." ujar Izumo malas.
Mata biru langit Naruto membulat.
Cklek, "Aku tak tahu.. Ah!! Naruto-sama?" kata Kotetsu terkaget-kaget melihat Naruto dan Hinata. "Apa yang anda lakukan disini?" sambung Izumo.
"Kemarin, kami dikunci oleh Sai dan Ino. Kalian kenal, 'kan?" jelas Naruto.
Izumo tampak berpikir, "Ah! Masa iya.." gumamnya pelan.
.
Seorang pria berkulit pucat dan seorang wanita berambut pirang panjang berlari terengah-engah menghampiri Kotetsu dan Izumo yang tengah istirahat di pantry.
"Maaf, ini kunci yang tadi kami pinjam.. Terima kasih, ya. Selamat siang!" ujar pria berkulit pucat itu dan berlari kearah lift.
"Memangnya dia meminjam apa? Perasaan kita belum melihatnya..?" tanya Izumo.
"Ah, palingan waktu masih ada Genma dan Raidou disini.." jawab Kotetsu asal.
"Begitu, ya..?" ujar Izumo sembari menatap kunci ditelapak tangannya itu.
.
"Ada apa, Izumo?" tanya Kotetsu. Izumo menggeleng cepat. "Tidak, kalau begitu. Naruto-sama dan Hinata-san ikut kami keluar.." ujarnya langsung dan mempersilahkan Naruto yang sedang menggendong Hinata keluar.
Ketika mereka berempat keluar dari pintu tangga darurat. Semua yang sedang bekerja, kini perhatiannya teralihkan oleh satu objek.
Hinata digendong oleh mantan kekasihnya, Naruto.
"Nee-chan! Hinata nee-chan!" panggil Hanabi dari kejauhan, Hanabi serta Konohamaru berlari mendekati Naruto yang masih berdiri dengan Hinata dibelakangnya.
"Naruto nii-san! Apa yang kalian lakukan?" tanya Konohamaru. Konohamaru langsung dijitak sama Hanabi.
"Kalian berdua dimana? Kenapa kami hubungi tidak diangkat?" tanya Hanabi cemas.
"Kemarin, aku dan Hinata dikunci di gudang… Handphoneku ada di mobil.." jelasnya. "Ini, bawalah Hinata pulang dan istirahatkan. Aku juga mau pulang.." ujarnya dan menghilang.
Konohamaru dan Hanabi memandang punggung Naruto yang makin jauh. "Apa.. Rencana kita tidak berhasil?" tanya Hanabi sambil menatap Hinata yang masih tertidur di sofa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar