Daftar Blog Saya

Jumat, 26 November 2010

Kisah Naruto Dan Hinata (Chapter. 6)



Naruto sedang berbaring ditempat tidurnya, entah kenapa dari tadi dia tidak bisa tenang dengan posisinya semula. Sasuke dan Sai hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku sahabat mereka tersebut.
Sasuke yang tadi sedang mengutak-atik komputer Naruto kini memundurkan kursinya agak kebelakang, "kau kenapa, dobe?" tanya Sasuke agak risih.
"Hhh, aku nggak apa-apa, kok. Entah kenapa aku resah," jawab Naruto. Sasuke tampaknya agak kesal. "Tapi aku risih dengan keresahanmu, dobe!" nada Sasuke setengah berteriak. Sai hanya geleng-geleng kepala.
'Matilah aku jika terus-terusan ada disini..' batin Sai ketakutan.
"Maksudmu apa, teme!! Teman sedang resah kau malah memarahinya! Bodoh!! Temee!!" jerit Naruto gondok. Sasuke menaikkan sebelah alisnya. "Kau yang bodoh, dobe!! Memangnya apa yang bisa kau pikirkan? Otak udang sepertimu.."
BUAGH!
"Ups," firasat Sai benar. Naruto memukul Sasuke, Sasuke balas pukul. Merasa kesal dikacangin, Sai mulai ambil tindakan.
"Hei! Ayolah, sore-sore gini malah berantem!" lerai Sai, ia memisahkan Sasuke dan Naruto. "Naruto. Memangnya apa yang kau pikirkan, sampai membuatmu resah dan gegabah seperti ini?" tanya Sai, Sasuke juga sudah merasa lumayan tenang dan menyiapkan telinga dan mendengar alas an sahabatnya itu.
"A-aku, heran dengan sikap Hinata padaku kemarin-kemarin." Jelasnya, nadanya ragu.
Sai hanya diam mendengar alas an konyol sahabatnya sejak SMP itu. Sasuke hanya diam dan melanjutkan pekerjaannya mengutak-atik komputer Naruto lagi.
"Kok pada diam?" tanya Naruto polos.
oOo
Hinata sedang duduk sendiri didekat jendela, merenung sendirian. Padahal Sakura dan Ino ada disitu dan sedang ribut soal bikini mana yang harus mereka pakai saat mereka akan ke pantai liburan nanti.
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya aku mau pakai bikini warna ungu ini!!" teriak Sakura, Ino melemparkan sepasang bikini merah muda polkadot kepada Sakura secara sangat sopan.
"Kamu cocoknya pakai bikini yang norak kayak gini! 'kan match sama jidatmu yang sama noraknya!" kata Ino dengan cuek. Sakura memanyunkan bibirnya.
"Apa katamu?! Jangan suka meledek orang, Ino Pig!!" balas Sakura tak kalah cuek.
Hinata yang mulai merasa terganggu menghela nafas panjang.
"Ino-chan! Sakura-chan!! Kalian bisa diam tidak, sih?! Berisik tahu!" bentak Hinata tiba-tiba, Ino dan Sakura berhenti bertengkar. Memandang heran kepada Hinata yang terduduk didekat jendela sana. "Hi-Hinata?" Ino dan Sakura tetap tercengang. Hinata menutup mulutnya.
"A-ano, maaf. A-aku, sedang pusing.." jelasnya, wajahnya yang kini merah padam disembunyikannya dengan menunduk. Ino dan Sakura mendekati Hinata dan duduk ditepi ranjang.
"Memangnya kamu pusing kenapa, Hinata?" tanya Sakura lembut. Ino mengangguk mantap sambil mengepalkan tangannya dengan semangat. "Katakan saja pada kami!"
"Um, begini.. Aku, merasa sangat menyesal.." ujar Hinata menggantung. Dua perempuan didepannya saling bertatapan. "Aku merasa bersalah kepada.. Naruto-kun.. A-aku.." belum sempat Hinata melanjutkan perkataannya, Ino sudah berkata. "Aku yakin, Naruto pasti mengerti dan memaafkanmu kok." Ucapan Ino berhasil menenangkan Hinata, Hinata tersenyum simpul.
"Terima kasih, teman-teman.. Kalian sungguh beruntung mempunyai kisah cinta yang berjalan mulus, tidak seperti aku.." Hinata tertawa pahit. Ino dan Sakura memandang sedih.
Plok.
Hinata merasakan bahunya ditepuk oleh seseorang. Ia menoleh dan didapatinya Sakura tersenyum lembut. "Jangan pesimis gitu, dong. Chayo!" kata Sakura sambil diiringi senyum jahil Ino.
oOo
"Hoahmm! Jadi kita berencana membuat Naruto dan Hinata balikan, nih?" tanya Tenten dengan nada malas. "Jujur aku gak setuju kalau Naruto dan Hinata rujuk lagi, huh!" tambahnya. Semua yang ada dimeja itu keheranan.
"Memangnya kenapa, Tenten-chan? Bukankah itu yang terbaik untuk Naruto?" tanya Ino sambil menggaruk kepala bingung.
Tenten menyeruput cappucinonya. "Aku nggak mau aja sahabatku tersakiti untuk kedua kali lagi." komentarnya. Tenten memang terkenal dengan sebutan 'Si Nona Kritikan Pedas' oleh teman-temannya. Dia juga sangat peka terhadap perasaan seseorang.
Tenten kini bangkit. "Aku mau ke toilet dulu sebentar," pamitnya dan berlalu begitu saja.
"Hinata juga sudah menyesal kok.. Tenten-chan terlalu sensitive.." ujar Sakura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar